• December 10, 2024

Menelusuri Sejarah HMI: Dedikasi Lafran Pane dalam Pergerakan Mahasiswa Islam

Menelusuri Sejarah HMI: Dedikasi Lafran Pane dalam Pergerakan Mahasiswa Islam
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan yang memiliki sejarah panjang dalam perjalanan bangsa Indonesia. Berdirinya HMI tidak lepas dari dedikasi seorang tokoh visioner, Lafran Pane. Sosok yang dikenal karena keberaniannya dalam menjawab tantangan zaman, khususnya dalam menyuarakan aspirasi mahasiswa Muslim di tengah dinamika politik Indonesia pasca-kemerdekaan.

Latar Belakang Berdirinya HMI

Pada 1946, ketika Yogyakarta menjadi pusat politik Indonesia, organisasi kemahasiswaan seperti Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) sudah lebih dulu eksis. Namun, organisasi ini sering terjebak dalam perpecahan ideologis yang mengabaikan kepentingan mahasiswa Muslim. Ketika PMY lebih banyak berpihak pada Partai Sosialis, muncul keresahan di kalangan mahasiswa yang menjunjung nilai-nilai keislaman.

Lafran Pane, mahasiswa semester pertama Fakultas Hukum di Sekolah Tinggi Islam (STI), merasa perlunya sebuah wadah yang mewakili suara mahasiswa Islam. Gagasannya lahir bukan hanya sebagai respons terhadap dominasi ideologi tertentu, tetapi juga sebagai upaya menciptakan organisasi yang menegakkan nilai-nilai Islam dan mendukung perjuangan kemerdekaan.

Dedikasi dan Perjuangan Lafran Pane

Pada November 1946, Lafran mulai mengumpulkan mahasiswa dari berbagai latar belakang untuk mendiskusikan pembentukan organisasi baru. Meski mendapat banyak penolakan, ia tak menyerah. Dukungan dari Rektor STI, Prof. Abdul Kahar Muzakkir, menjadi angin segar baginya untuk terus melangkah.

Puncaknya, pada 5 Februari 1947, Lafran Pane mendeklarasikan berdirinya HMI. Dengan visi mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan menegakkan ajaran Islam, HMI menjadi rumah bagi mahasiswa Muslim yang ingin berkontribusi pada bangsa.

Baca juga: Menelusuri Sejarah HMI: Dedikasi Lafran Pane dalam Pergerakan Mahasiswa Islam

HMI dalam Dinamika Pergerakan Nasional

Perjuangan HMI di bawah kepemimpinan Lafran Pane tidaklah mudah. Organisasi ini kerap menghadapi tekanan, termasuk dari pihak yang berseberangan ideologi, seperti PKI. Meski begitu, HMI berhasil bertahan, bahkan menjadi satu-satunya organisasi mahasiswa yang tetap eksis selama agresi militer Belanda.

Peran besar Lafran Pane terlihat saat ia harus menjalankan tanggung jawab ganda. Selain sebagai pegawai negeri di Kementerian Sosial, ia juga aktif membangun fondasi HMI hingga kuat. Bahkan, demi fokus pada organisasi, Lafran memilih mundur dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri.

Prinsip Kepemimpinan yang Inspiratif

Salah satu warisan terbesar Lafran Pane adalah prinsip kepemimpinan yang egaliter. Di HMI, kepemimpinan tidak ditentukan oleh keturunan, melainkan oleh kemampuan dan prestasi. Hal ini menjadikan HMI sebagai organisasi yang inklusif, sekaligus mendorong banyak kadernya menjadi tokoh penting dalam sejarah Indonesia.

Jejak Pemikiran yang Abadi

Lafran Pane tidak hanya mendirikan HMI, tetapi juga berkontribusi pada organisasi lain, seperti Persami (Persatuan Sarjana Muslim Indonesia) dan ISMI (Ikatan Sarjana Muslim Indonesia). Pemikirannya tentang Islam dan kebangsaan terus dikenang hingga kini, terlebih setelah ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 2017.

Dengan visi besar yang ia bawa, Lafran Pane tidak hanya membangun HMI sebagai organisasi, tetapi juga mengukir sejarah baru dalam perjalanan mahasiswa Islam Indonesia. Dedikasinya menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkontribusi pada bangsa dan agama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *