- October 8, 2024
PLTU Jawa 9 dan 10, Penerapan Teknologi CCS untuk Menekan Emisi Karbon di Indonesia

PLTU Jawa 9 dan 10 telah menjadi sorotan dalam sektor energi nasional karena penggunaan teknologi canggih yang mendukung efisiensi tinggi dan upaya menekan emisi karbon. Berlokasi di Banten, pembangkit listrik ini tidak hanya menjadi pemasok energi utama di Pulau Jawa, tetapi juga dipersiapkan untuk menjadi pembangkit listrik pertama yang menerapkan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Langkah ini menjadi bagian dari strategi transisi energi bersih yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia.
PLTU Jawa 9 dan 10 Gunakan Teknologi Canggih
Dibangun untuk memenuhi permintaan listrik yang terus meningkat di Pulau Jawa dan sekitarnya. Berbeda dengan PLTU konvensional, pembangkit ini menggunakan teknologi Ultra Super Critical (USC) dan Selective Catalytic Reduction (SCR) yang memungkinkan pembangkit bekerja pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi, menghasilkan listrik dengan efisiensi lebih tinggi dan emisi yang lebih rendah.
Teknologi SCR berfungsi untuk menurunkan emisi nitrogen oksida (NOx) dengan mengubah gas berbahaya menjadi uap air dan nitrogen bebas, sehingga tidak mencemari lingkungan. Dengan teknologi canggih ini, PLTU Jawa 9 dan 10 berhasil mengurangi emisi hingga 80% dibandingkan pembangkit listrik konvensional.
Mengenal Teknologi CCS di PLTU Jawa 9 dan 10
Teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) adalah sistem inovatif yang dirancang untuk menangkap emisi karbon yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara di pembangkit listrik, sebelum dilepaskan ke atmosfer. Setelah ditangkap, karbon akan disimpan secara aman di bawah tanah dalam formasi geologi yang stabil. Dengan begitu, emisi karbon yang biasanya terlepas ke udara dapat dikurangi secara signifikan.
PLTU ini diproyeksikan menjadi pembangkit listrik pertama di Indonesia yang siap mengadopsi teknologi CCS. Infrastruktur dan teknologi canggih yang sudah diterapkan membuat pembangkit ini lebih mudah beradaptasi dengan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon. Proses penerapan CCS di PLTU ini melibatkan beberapa tahapan, antara lain:
- Penangkapan Karbon (Capture): Emisi karbon dari pembakaran batu bara diambil melalui teknologi penangkap karbon yang dipasang di cerobong asap. Proses ini dilakukan dengan memisahkan CO2 dari gas buang melalui metode absorpsi kimiawi.
- Transportasi Karbon (Transportation): Setelah CO2 berhasil ditangkap, gas ini kemudian diangkut melalui pipa khusus ke lokasi penyimpanan yang telah ditentukan.
- Penyimpanan Karbon (Storage): CO2 yang sudah diangkut disimpan secara permanen di bawah tanah dalam formasi geologi yang aman, seperti lapisan batuan berpori atau cekungan laut yang stabil. Proses penyimpanan ini bertujuan untuk mencegah kebocoran karbon dan memastikan emisi tersebut tidak kembali ke atmosfer.
Baca juga: Sejarah Dan Daftar Nama Paus Gereja Katolik Roma
Mengapa PLTU Jawa 9 dan 10 Cocok untuk Teknologi CCS?
Tidak semua PLTU dapat menerapkan teknologi CCS, karena membutuhkan infrastruktur dan teknologi mutakhir. Menurut Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), PLTU Jawa 9 dan 10 sangat cocok untuk penerapan teknologi ini karena sudah menggunakan teknologi USC dan SCR yang membuat proses penangkapan karbon lebih efisien. Hal ini berbeda dengan PLTU konvensional yang memiliki tingkat efisiensi lebih rendah dan emisi karbon yang sulit ditangkap.
Selain itu, juga berpotensi menjadi pembangkit listrik hybrid yang dapat menggunakan bahan bakar alternatif seperti amonia dan hidrogen hijau. Ini adalah langkah strategis yang dapat mendukung implementasi CCS di masa depan dan membantu Indonesia mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Manfaat Penerapan Teknologi CCS
Penerapan teknologi CCS di PLTU ini emberikan berbagai manfaat besar, baik untuk sektor energi maupun lingkungan. Berikut beberapa manfaat utama dari penerapan CCS:
- Teknologi CCS memungkinkan penangkapan hingga 90% emisi karbon yang dihasilkan, sehingga dapat mengurangi kontribusi sektor energi terhadap pemanasan global.
- Penerapan CCS sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mengurangi emisi karbon dari sektor energi dan mendukung pencapaian target transisi energi bersih.
- Penerapan CCS dapat memenuhi kebutuhan listrik nasional sambil menurunkan dampak negatif terhadap lingkungan. Ini memungkinkan keberlanjutan pasokan listrik yang andal dan ramah lingkungan.
- Dengan menggunakan teknologi hybrid dan bahan bakar alternatif, PLTU ini dapat secara bertahap mengurangi ketergantungan pada batu bara, tanpa mengorbankan pasokan energi nasional.
Tantangan Penerapan Teknologi CCS di PLTU Jawa 9 dan 10
Meskipun memiliki potensi besar, penerapan teknologi CCS di PLTU Jawa 9 dan 10 tetap menghadapi beberapa tantangan, seperti biaya investasi yang sangat tinggi. Menurut kajian IESR, penerapan teknologi ini membutuhkan biaya yang mencapai miliaran dolar. Hal ini menjadi tantangan utama dalam mengimplementasikan CCS di PLTU mana pun.
Selain itu, pengembangan infrastruktur penyimpanan karbon dan pengaturan hukum terkait teknologi CCS juga menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, industri, dan investor untuk mewujudkan potensi besar teknologi ini dalam mendukung transisi energi bersih di Indonesia.
Dukungan Pemerintah dan Masa Depan Pembangkit di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung penerapan teknologi CCS di sektor energi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa PLTU Jawa 9 dan 10 menjadi bagian dari peta jalan transisi energi bersih yang diharapkan dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan.
Dengan dukungan kebijakan pemerintah dan potensi adaptasi teknologi CCS yang besar, maka dapat menjadi contoh sukses dalam penerapan energi bersih di sektor pembangkit listrik. Jika implementasi CCS berhasil, ini akan membuka jalan bagi pembangkit listrik lainnya di Indonesia untuk mengikuti jejak yang sama.
PLTU Jawa 9 dan 10 tidak hanya dirancang untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional, tetapi juga untuk mendukung agenda transisi energi bersih melalui penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Dengan infrastruktur dan teknologi canggih yang dimiliki, pembangkit ini siap menjadi percontohan dalam pengurangan emisi karbon di sektor energi. Meskipun tantangan biaya dan infrastruktur masih ada, penerapan CCS dapat menjadi langkah penting menuju masa depan energi yang lebih ramah lingkungan di Indonesia.